PECEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT
LIMBAH LAUNDRY
Kesibukan dari aktifitas
sesehari, acapkali menyita banyak waktu, sehingg awalnya pekerjaan yang bisa
ditangani sendiri terpaksa harus diserahkan kepada penyedia jasa layanan.
Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam bidang cuci mencuci
pakaian. Bagi mereka yang sibuk atau malas mencuci, maka laundry menjadi
pilihan untuk keluar dari masalah. Adanya fenomena orang sibuk dan malas, maka
menjadi lahan bisnis yang cukup menjajikan dengan menjadi penyedia jasa cucui
pakaian. Menjamurlah laundry-laundry di berbagai tempat, dan salah satu yang paling
banyak adalah dikawasan sekitar kampus.
Kampus menjadi sasaran empuk
untuk menjalankan bisnis cuci pakaian. Mungkin kesibukan perkuliahan anak
kampus, menyita sebagian waktunya untuk mencuci sendiri sehingga menyerahkan
pada ahlinya. Kenyataannya dibalik padatnya waktu perkuliahan, masih ada saja
waktu buat hang-ou, ke mall, main game online, pacaran atau aktivitas di luar
kampus lainnya. Alasan waktu yang padat, tidak ada tempat jemuran, takut maling
jemuran, hingga kawatir cat kuku mengelupas menjadi alasan para mahasiswa pergi
ke laundry. Kalau di hitung-hitung, sepertinya lebih murah meriah laundry
daripada harus mencuci sendiri, bahkan laundry juga menyediakan jasa antar
jemput, layaknya agen perjalanan.
Menyikapi bermunculannya
bisnis-bisnis cuci pakaian ini, ada permasalahan yang terpendam dan terlupakan.
Banyak yang tidak berpikir apa dampak dari menjamurnya laundry-laundry yang
bertebaran setiap sudut jalan. Banyaknya laundry yang bertebaran tersebut,
dampak terhadap Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle
Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez
Home
Green
Polusi
Artikel
Polusi
Dhanang Dhave
TERVERIFIKASI
Jadikan Teman | Kirim Pesan
Biologi yang menyita banyak waktu
dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat
bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net
0inShare
Laundry, Ancaman Pencemaran yang
Dininabobokan oleh Kebersihan, Kelembutan dan Wewangian
HL | 16 December 2011 | 03:11
Dibaca: 3397 Komentar: 48 15
1324050207665413652
Kesibukan dari aktifitas
sesehari, acapkali menyita banyak waktu, sehingg awalnya pekerjaan yang bisa
ditangani sendiri terpaksa harus diserahkan kepada penyedia jasa layanan.
Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam bidang cuci mencuci
pakaian. Bagi mereka yang sibuk atau malas mencuci, maka laundry menjadi
pilihan untuk keluar dari masalah. Adanya fenomena orang sibuk dan malas, maka
menjadi lahan bisnis yang cukup menjajikan dengan menjadi penyedia jasa cucui
pakaian. Menjamurlah laundry-laundry di berbagai tempat, dan salah satu yang
paling banyak adalah dikawasan sekitar kampus.
Kampus menjadi sasaran empuk
untuk menjalankan bisnis cuci pakaian. Mungkin kesibukan perkuliahan anak
kampus, menyita sebagian waktunya untuk mencuci sendiri sehingga menyerahkan
pada ahlinya. Kenyataannya dibalik padatnya waktu perkuliahan, masih ada saja
waktu buat hang-ou, ke mall, main game online, pacaran atau aktivitas di luar
kampus lainnya. Alasan waktu yang padat, tidak ada tempat jemuran, takut maling
jemuran, hingga kawatir cat kuku mengelupas menjadi alasan para mahasiswa pergi
ke laundry. Kalau di hitung-hitung, sepertinya lebih murah meriah laundry
daripada harus mencuci sendiri, bahkan laundry juga menyediakan jasa antar
jemput, layaknya agen perjalanan.
Menyikapi bermunculannya
bisnis-bisnis cuci pakaian ini, ada permasalahan yang terpendam dan terlupakan.
Banyak yang tidak berpikir apa dampak dari menjamurnya laundry-laundry yang
bertebaran setiap sudut jalan. Saya mencoba mengamati dari contoh kota saya, di
Salatiga, Jawa Tengah. Kota kecil dengan salah satu universitas terbesarnya
menjadi ladang bisnis yang menjanjikan untuk laundry. Dari data yang di peroleh
ada 14 laundry skala rumahan yang cukup besar dan tersebar di berbagai titik.
Masih banyak lagi laundry-laundry dalam skala kecil rumahan yang tersebar di
sekitar kost. Bahkan, untuk ukuran kosr yang cukup besar memiliki jasa laundry
sendiri.
Banyaknya laundry yang bertebaran
tersebut, dampak terhadap lingkungan acapkali terlupakan. Munngkin laundry
untuk skala hotel dan rumah sakit sudah memiliki instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), namun untuk skala rumahan maka lingkunganlah yang menjadi
IPAL-nya. Ancaman muncul disaat lingkungan dengan daya dukung yang mulai
terbatas dan ruang gerak yang semakin sempit, maka pencemaran itu yang terjadi.
Photobucket
Saat ini laundry skala rumahan,
buangan limbahnya masuk dalam saluran selokan tanpa ada pengolahan. Dalam
ukuran limbah rumah tangga, mungkin masih ada toleransi, tetapi untuk skala
besar terutama limbah deterjen akan menjadi permasalah tersendiri. Peraturan
Daerah nomor 6 tahun 2009 tentang pengelolaan air limbah domestik, limbah
laundry tidak boleh dibuang di instalasi pembuangan limbah komunal, ipal
terpusat, sungai, maupun saluran air hujan, namun harus dilakukan pengelolaan
limbah sendri sebelum dibuang. Kenyataan yang terjadi, limbah langsung di buang
ke lingkungan. Mungkin saat ini dampak serius belum bermunculan, sehingga masih
dinina bobokan dengan tindakan kejahatan lingkungan, padahal ancaman besar siap
menerkam.
Secara praktis dan berprinsip ekonomi,
pengusaha tidak menggunakan detergen, pewangi, dan pelembut pakaian yang dijual
bebas dipasaran, mereka lebih banyak membeli dengan sistim curah. Produk-produk
dipasaran dengan merk-merk yang sudah familiar, sudah memiliki sertifikasi dan
pengujian terhadap dampak lingkungan yang mungkin akan di timbulkan beserta
dispensasi jika menimbulkan pencemaran. Bagaimana dengan produk-produk curah
yang tak jelas asal-usulnya apalagi dengan sertifikasinya.lingkungan acapkali
terlupakan. Munngkin laundry untuk skala hotel dan rumah sakit sudah memiliki
instalasi pengolahan air limbah (IPAL), namun untuk skala rumahan maka
lingkunganlah yang menjadi IPAL-nya. Ancaman muncul disaat lingkungan dengan
daya dukung yang mulai terbatas dan ruang gerak yang semakin sempit, maka
pencemaran itu yang terjadi.
Secara ekonomis, produk-produk
curah jauh lebih murah, bersih hasilnya, lebh lembut dan wangi. Menjadi
pertanyaan sekarang, produk dari pabrik besar kenapa bisa kalah dengan produk
curah, pasti ada sesuatu. Katakanlah kenapa lebih wangi, pasti parfum di tambah
dalam jumlah lebih banyak, atau memakai bahan sintesis dengan bau yang lebih
tajam. Kenapa lebih bersih, juga harus ada tanda tanya di balik produk terkenal
dengan moto “membersihkan paling bersih”. Produk-produk pabrikan saja memiliki
resiko pencemar, apalagi dengan produk yang katakanlah ilegal tersebut.
Konsumen sepertinya juga terbius dengan harga murah dan memiliki khasiat yang
lebih ampuh dengan produk-produk pembersih dipasaran, itu kembali lagi
kemasalah selera dan daya beli.
Membahas pencemaran yang
ditimbulkan, makan mata ini akan tertuju, mau kemana limbah laundry tersebut.
Dari selokan pasti akan ke sungai dan dari sungai pasti kelaut. Jika di
perhatikan, di selokan, sungai dan laut ada mata rantai ekosistem yang tak
terendus oleh mereka. Apa tidak terbayangkan, jika air limbah tersebut masuk ke
sungai yang dijadikan irigasi, jangan-jangan nanti beras yang dihasilkan nampak
bersih, lembut dan wangi?. Begitu jengan dengan ikan-ikan di sungai, nampak
berkilauan, aroma yang tak lagi amis tetapi beraroma wangi dan lembut ditangan.
Itu hanyalah imajinasi sesaat, namun jika ditilik lebih dalam jauh lebih
mengerikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar