Senin, 25 November 2013

PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBA LAUNDRY


PECEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH LAUNDRY

Kesibukan dari aktifitas sesehari, acapkali menyita banyak waktu, sehingg awalnya pekerjaan yang bisa ditangani sendiri terpaksa harus diserahkan kepada penyedia jasa layanan. Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam bidang cuci mencuci pakaian. Bagi mereka yang sibuk atau malas mencuci, maka laundry menjadi pilihan untuk keluar dari masalah. Adanya fenomena orang sibuk dan malas, maka menjadi lahan bisnis yang cukup menjajikan dengan menjadi penyedia jasa cucui pakaian. Menjamurlah laundry-laundry di berbagai tempat, dan salah satu yang paling banyak adalah dikawasan sekitar kampus.

Kampus menjadi sasaran empuk untuk menjalankan bisnis cuci pakaian. Mungkin kesibukan perkuliahan anak kampus, menyita sebagian waktunya untuk mencuci sendiri sehingga menyerahkan pada ahlinya. Kenyataannya dibalik padatnya waktu perkuliahan, masih ada saja waktu buat hang-ou, ke mall, main game online, pacaran atau aktivitas di luar kampus lainnya. Alasan waktu yang padat, tidak ada tempat jemuran, takut maling jemuran, hingga kawatir cat kuku mengelupas menjadi alasan para mahasiswa pergi ke laundry. Kalau di hitung-hitung, sepertinya lebih murah meriah laundry daripada harus mencuci sendiri, bahkan laundry juga menyediakan jasa antar jemput, layaknya agen perjalanan.

Menyikapi bermunculannya bisnis-bisnis cuci pakaian ini, ada permasalahan yang terpendam dan terlupakan. Banyak yang tidak berpikir apa dampak dari menjamurnya laundry-laundry yang bertebaran setiap sudut jalan. Banyaknya laundry yang bertebaran tersebut, dampak terhadap Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez
Home
Green
Polusi
Artikel
Polusi
Dhanang Dhave
TERVERIFIKASI
Jadikan Teman | Kirim Pesan

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net
0inShare
Laundry, Ancaman Pencemaran yang Dininabobokan oleh Kebersihan, Kelembutan dan Wewangian
HL | 16 December 2011 | 03:11 Dibaca: 3397   Komentar: 48   15

1324050207665413652

Kesibukan dari aktifitas sesehari, acapkali menyita banyak waktu, sehingg awalnya pekerjaan yang bisa ditangani sendiri terpaksa harus diserahkan kepada penyedia jasa layanan. Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam bidang cuci mencuci pakaian. Bagi mereka yang sibuk atau malas mencuci, maka laundry menjadi pilihan untuk keluar dari masalah. Adanya fenomena orang sibuk dan malas, maka menjadi lahan bisnis yang cukup menjajikan dengan menjadi penyedia jasa cucui pakaian. Menjamurlah laundry-laundry di berbagai tempat, dan salah satu yang paling banyak adalah dikawasan sekitar kampus.

Kampus menjadi sasaran empuk untuk menjalankan bisnis cuci pakaian. Mungkin kesibukan perkuliahan anak kampus, menyita sebagian waktunya untuk mencuci sendiri sehingga menyerahkan pada ahlinya. Kenyataannya dibalik padatnya waktu perkuliahan, masih ada saja waktu buat hang-ou, ke mall, main game online, pacaran atau aktivitas di luar kampus lainnya. Alasan waktu yang padat, tidak ada tempat jemuran, takut maling jemuran, hingga kawatir cat kuku mengelupas menjadi alasan para mahasiswa pergi ke laundry. Kalau di hitung-hitung, sepertinya lebih murah meriah laundry daripada harus mencuci sendiri, bahkan laundry juga menyediakan jasa antar jemput, layaknya agen perjalanan.

Menyikapi bermunculannya bisnis-bisnis cuci pakaian ini, ada permasalahan yang terpendam dan terlupakan. Banyak yang tidak berpikir apa dampak dari menjamurnya laundry-laundry yang bertebaran setiap sudut jalan. Saya mencoba mengamati dari contoh kota saya, di Salatiga, Jawa Tengah. Kota kecil dengan salah satu universitas terbesarnya menjadi ladang bisnis yang menjanjikan untuk laundry. Dari data yang di peroleh ada 14 laundry skala rumahan yang cukup besar dan tersebar di berbagai titik. Masih banyak lagi laundry-laundry dalam skala kecil rumahan yang tersebar di sekitar kost. Bahkan, untuk ukuran kosr yang cukup besar memiliki jasa laundry sendiri.

Banyaknya laundry yang bertebaran tersebut, dampak terhadap lingkungan acapkali terlupakan. Munngkin laundry untuk skala hotel dan rumah sakit sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), namun untuk skala rumahan maka lingkunganlah yang menjadi IPAL-nya. Ancaman muncul disaat lingkungan dengan daya dukung yang mulai terbatas dan ruang gerak yang semakin sempit, maka pencemaran itu yang terjadi.

Photobucket

Saat ini laundry skala rumahan, buangan limbahnya masuk dalam saluran selokan tanpa ada pengolahan. Dalam ukuran limbah rumah tangga, mungkin masih ada toleransi, tetapi untuk skala besar terutama limbah deterjen akan menjadi permasalah tersendiri. Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2009 tentang pengelolaan air limbah domestik, limbah laundry tidak boleh dibuang di instalasi pembuangan limbah komunal, ipal terpusat, sungai, maupun saluran air hujan, namun harus dilakukan pengelolaan limbah sendri sebelum dibuang. Kenyataan yang terjadi, limbah langsung di buang ke lingkungan. Mungkin saat ini dampak serius belum bermunculan, sehingga masih dinina bobokan dengan tindakan kejahatan lingkungan, padahal ancaman besar siap menerkam.

Secara praktis dan berprinsip ekonomi, pengusaha tidak menggunakan detergen, pewangi, dan pelembut pakaian yang dijual bebas dipasaran, mereka lebih banyak membeli dengan sistim curah. Produk-produk dipasaran dengan merk-merk yang sudah familiar, sudah memiliki sertifikasi dan pengujian terhadap dampak lingkungan yang mungkin akan di timbulkan beserta dispensasi jika menimbulkan pencemaran. Bagaimana dengan produk-produk curah yang tak jelas asal-usulnya apalagi dengan sertifikasinya.lingkungan acapkali terlupakan. Munngkin laundry untuk skala hotel dan rumah sakit sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), namun untuk skala rumahan maka lingkunganlah yang menjadi IPAL-nya. Ancaman muncul disaat lingkungan dengan daya dukung yang mulai terbatas dan ruang gerak yang semakin sempit, maka pencemaran itu yang terjadi.

Secara ekonomis, produk-produk curah jauh lebih murah, bersih hasilnya, lebh lembut dan wangi. Menjadi pertanyaan sekarang, produk dari pabrik besar kenapa bisa kalah dengan produk curah, pasti ada sesuatu. Katakanlah kenapa lebih wangi, pasti parfum di tambah dalam jumlah lebih banyak, atau memakai bahan sintesis dengan bau yang lebih tajam. Kenapa lebih bersih, juga harus ada tanda tanya di balik produk terkenal dengan moto “membersihkan paling bersih”. Produk-produk pabrikan saja memiliki resiko pencemar, apalagi dengan produk yang katakanlah ilegal tersebut. Konsumen sepertinya juga terbius dengan harga murah dan memiliki khasiat yang lebih ampuh dengan produk-produk pembersih dipasaran, itu kembali lagi kemasalah selera dan daya beli.

Membahas pencemaran yang ditimbulkan, makan mata ini akan tertuju, mau kemana limbah laundry tersebut. Dari selokan pasti akan ke sungai dan dari sungai pasti kelaut. Jika di perhatikan, di selokan, sungai dan laut ada mata rantai ekosistem yang tak terendus oleh mereka. Apa tidak terbayangkan, jika air limbah tersebut masuk ke sungai yang dijadikan irigasi, jangan-jangan nanti beras yang dihasilkan nampak bersih, lembut dan wangi?. Begitu jengan dengan ikan-ikan di sungai, nampak berkilauan, aroma yang tak lagi amis tetapi beraroma wangi dan lembut ditangan. Itu hanyalah imajinasi sesaat, namun jika ditilik lebih dalam jauh lebih mengerikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar